Jumat, 04 November 2011

askep Respiratory Distress Syndrome

Asuhan Keperawatan Pada Anak Syndrome Gawat Nafas
1.      Pengertian
Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea dan hiperpnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali permenit ; sianosis, merintih waktu ekspirasi ( expiratory grunting ) dan retraksi didaerah epigastrium, suprasternal, dan interkostal pada saat inspirasi.

Perkembangan yang imatur pada system pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD).

2.      Etiologi
a.       Defesiensi atau kekurangan surfaktan.
Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria.
b.      Gangguan traktus respiratorius :
·         Hyaline membrane disease (HMD). Berhubungan dengan kurangnya masa gestasi (bayi prematur)
·         Transient tachypnoe of the newborn (TTN). Paru-paru terisi cairan, sering terjadi pada bayi Caesar karena dadanya tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga menghambat pengeluaran cairan dari dalam paru.
·         Infeksi (pneumonia)
·         Sindroma aspirasi
·         Hipoplasia paru
·         Hipertensi pulmonal
·         Kelainan congenital (choanal atresia, hernia diagfragma,pieer robin sindroma)
·         Pleural effusion
·         Kelumpuhan saraf frenikus

c.       Luar traktus respiratoris:
·         Kelainan jantung congenital, kelainan metabolic, darah dan SSP.

3.      Patofisiologi
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir ekspirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
·         Oksigenasi jaringan menurun sehingga terjadi metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat dan asam organic lain yang menyebabkan terjadinya asidosis metabolic.
·         Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolarisyang akan menyebabkan terjadinya transudasi kedalam alveoli dan terbentuknya fibrin, selanjutnya fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya sirkulasi  jantung, penurunan aliran darah keparu dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis. Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.
Secara singkat patofisiologinya dapat digambarkan sbb :
Atelektasis → hipoksemia →asidosis → transudasi → penurunan aliran darah paru → hambatan pembentukan zat surfaktan → atelekstasis. Hal ini berlangsung terus sampai terjadi penyembuhan atau kematian.
4.      Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan.
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
·         Takhipneu (>60x/i)
·         Pernafasan dangkal
·         Mendengkur
·         Sianosis
·         Pucat
·         Kelelahan
·         Apneu dan pernafasan tidak teratur
·         Penurunan suhu tubuh
·         Retraksi suprasternal, substernal dan intercostal
·         Pernafasan cuping hidung

5.      Komplikasi
·         Pneumothorax
·         Pneumodiastinum
·         Pulmonary intertistitial dysplasia
·         Broncho pulmonary dysplasia (BPD)
merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi
·         Patent ductus arterious (PDA)
PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya
·         Hipotensi
·         Asidosis
·         Menurunnya pengeluaran urine
·         Hiponatremi
·         Hipernatremi
·          Hipokalemi
·         Hiperkalemi
·         Disseminated intravascular coagulation (DIC)
·         Kejang
·         Intraventricular hemorraghe
perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik
·         Retinopathy pada premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi
·         Infeksi sekunder
Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.

6.      Pemeriksaan diagnostic
a.       Foto rontgen
menunjukan adanya atelektasis
b.      Analisa gas darah
analisis gas darah arteri dengan PaO2 kurang dari 50 mmHg dan PCO2 diatas 60 mmHg
c.       Imatur lecithin/ sphingomyelin (L/S)
lesitin/spingomielin rasio 2:1 mengindikasikan bahwa paru sudah matur
d.      pemeriksaan darah, urine, dan glukosa darah (untuk mengetahui hipoglikemia).
e.       Kalsium serum (untuk mementukan hipokalsemia)

7.      Penatalaksanaan keperawatan
a.       Pemberian oksigen
Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena berpengaruh kompleks pada bayi premature. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi, untuk mencegah timbulnya komplikasi pemberian O2 sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan analisis gas darah arteri.
b.      Pertahankan nutrisi adekuat
c.       Pertahankan suhu lingkungan netral
d.      Pertahankan PO2 dalam batas normal
e.       Intubasi jika perlu dengan tekanan ventilasi positif
f.       Mempertahankan keseimbangan asam basa
g.      Mempertahankan perfusi jaringan adekuat
h.      Mencegah hipotermi
i.        Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat

8.      Asuhan keperawatan
A.    Pengkajian
1.      Data pasien
Nama                           :
Umur                           :
Jenis kelamin               :
Alamat                                    :
Nama orang tua           :
Pekerjaan orang tua     :
2.      Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan takhipneu (> 60 x/i ), pernafasan mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping hidung, sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit bernafas dan sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan menurunnya pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernafasan dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan nafas dapat dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler.
3.      Riwayat kesehatan
·         Riwayat kesehatan sekarang
Terdapatnya tanda dan gejala yang berhubungan dengan syndrome gawat nafas .
·         Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya,, apakah klien pernah menderita penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya sindome gawat nafas, apakah bayi lahir premature, BBLR.
·         Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
B.     Diagnosa keperawatan
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Intervensi
(NIC)
1
Pola nafas tidak efektif b.d surfaktan menurun
Tujuan : kepatenan jalan nafas
Kriteria hasil : status pernafasan baik
·    Manajemen jalan nafas
·    Terapi oksigen
·    Pemantauan respirasi
·    Pemantauan TTV
2
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan perfusi perifer
Tujuan : membrane kulit dan mukosa baik
Kriteria hasil : status integritas jaringan baik
·    Manajemen cairan
·    Manajemen hipovolemia
·    Terapi oksigen
3
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asidosis metabolik
Tujuan : asupan makanan dan cairan yang adekuat
Kriteria hasil : status nutrisi baik
·    Manajemen nutrisi
·    Terapi nutrisi
·    Konseling nutrisi
4
Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan tentang penyakit yang dialami anak
Tujuan : ansietas berkurang
Kriteria hasil : Kontrol agresi baik
·   Pengurangan ansietas

5
Defisit volume cairan b.d tekanan arteri pulmonal meningkat
Tujuan : intake dan output yang adekuat
Kriteria hasil : keseimbangan cairan baik
·   Manajemen cairan
·   Manajemen elektrolit
·   Pemantauan cairan







Bayi prematur
 
Woc











Pembentukan membrane hyalin
 


Kolaps pada alveolus
 

Alveoli belum sempurna
 



Rounded Rectangle: Mk : gangguan perfusi jaringanRounded Rectangle: Mk : gangguan nutrisi

Asidosis metabolik
 


Hipoksemia berat
 

Oksigen jaringan menurun
 

Asidosis respiratorik
 

hipoventilasi
 
Rounded Rectangle: Mk : Pola nafas tidak efektif

Surfaktan menurun
 

Aliran darah menurun
 

Tekanan darah arteri menurun
 

Perfusi perifer menurun
 

CO2 meningkat
 

Ventilasi menurun
 

Usaha napas meningkat
 

Shunting intrapulmonal meningkat
 
Rounded Rectangle: Mk : Defisit volume cairan

Tekanan arteri pulmonal meningkat
 

Vasokontriksi perifer dan pulmonal
 

asidosis
 

Metabolisme anaerob
 

PO2 menurun
 
Rounded Rectangle: Mk : kecemasan orang tua

Kurang pengetahuan mengenai penyakit
 

Penyenbuhan komplek
 

Nafas berat
 

atelektasis
 

Paru-paru kaku
 

Dinding thorak lemah
 

Penembangan krg sempurna
 

Distensibilitas paru menurun